Hadirnya komunitas Ruang Indonesia Bercerita (RIB) bertujuan sebagai wadah penyandang disabilitas untuk menyampaikan aspirasi, ekspresi, dan bakatnya
Ruang Indonesia Bercerita (RIB) mengajak mahasiswa untuk mewujudkan Indonesia inklusif dengan mengembangkan inovasi dan kreativitas penyandang disabilitas di Indonesia. Dosen dan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) mendukung perkembangan komunitas ini.
RIB adalah sebuah komunitas literasi yang didirikan pada awal tahun 2021 oleh mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS yang bergerak dalam mewadahi bakat, aspirasi, dan ekspresi penyandang disabilitas di Indonesia.
Hal tersebut dapat dilihat dari acara yang sukses diadakan pada awal tahun 2022 oleh RIB, yaitu Pentas Seni Arcadia dengan tema “Bersama Merangkai Senyum Sesama” untuk mewadahi bakat terutama dalam bidang sastra dan seni para penyandang disabilitas.
Terbentuknya RIB berlatar belakang dari acara Pekan Bahasa dan Sastra yang merupakan kegiatan tahunan mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS yang mana mengadakan berbagai perlombaan sastra.
“Dari Prodi kita ada acara yang namanya Pekan Bahasa dan Sastra acaranya dilaksanakan setiap tahun sekali. Ada lomba baca puisi, lomba cipta puisi tingkat Asia Tenggara kala itu. Berangkat dari hal itu, kami melihat peluang yang begitu besar. Di sisi lain, teman-teman disabilitas kurang dapat menyampaikan aspirasi dan kesempatannya untuk bertanya di bidang sastra. Berangkat dari itu kami Berangkat dari itu kami menciptakan wadah untuk menampung disabilitas utamanya bidang sastra,” ungkap Naufal Allam selaku ketua umum RIB.
Sejalan dengan latar belakang, RIB memiliki tujuan menjadikan para disabilitas agar lebih merdeka dalam berkarir.
“Kami ingin memberi wadah dan menjadi perantara memberikan mereka kesempatan pada disabilitas agar bisa lebih berkarir merdeka karena minimnya ruang dan kesempatan bagi disabilitas,” lanjut Naufal.
Pada tahun pertama berdirinya RIB memiliki tiga program kerja, yaitu rapat rutin, Arcadia, dan makrab.
“Kami ada program kerja, yaitu kunjungan ke beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) tapi karena banyak kendala juga, jadi masih belum bisa jadi hanya bisa membuat event. Di periode pertama ini salah satunya Arcadia,” jelas Naufal.
Naufal mengakui tahun pertama dibentuknya RIB mengalami masa rumit, seperti sulitnya komunikasi antaranggota.
Hal ini dikarenakan tidak sedikit mahasiswa yang tergabung merupakan mahasiswa tingkat akhir yang sudah cukup sibuk mengurus tugas akhir masing-masing. Selain itu, mobilitas antaranggota juga cukup jauh karena terdapat anggota yang berasal dari luar Solo.
Meskipun terdapat hambatan di awal perjalanannya, komunitas ini dinilai sangat positif oleh Donni Prakosha selaku dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB) FKIP UNS.
“Beberapa kegiatannya seperti bermain drama, mengajak bicara, maka secara langsung akan melatih keberanian dan kepercayaan diri para penyandang disabilitas,” ungkap Donni.
“Kalau saya jadi dosen pengajarnya secara langsung mungkin akan saya beri nilai A secara akademik. Lain halnya dengan nonakademik, akan saya kenalkan ke tingkat fakultas dahulu baru ke universitas agar lebih luas lagi jangkauannya sehingga akan lebih banyak mahasiswa yang bisa mengetahui terkait RIB ini. Karena memang bagus, tidak semua organisasi mahasiswa itu punya ide seperti itu,” tambah Donni.
Donni berharap komunitas ini masuk ke dalam organisasi fakultas.
Ia juga akan membantu mendampingi proses perkembangannya apabila RIB ingin lebih maju, sebab ia juga tergabung dalam divisi kemahasiswaan fakultas.
Tidak hanya di mata dosen, di mata mahasiswa juga sangat mendukung adanya komunitas ini.
Ridwan Himawan Prasetyo, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2018 menilai komunitas ini merupakan salah satu inisiasi yang bagus dari mahasiswa, sebab wadah pemberdayaan penyandang disabilitas khususnya dalam hal seni sangat terbatas.
Terakhir Ridwan berharap untuk periode selanjutnya lebih banyak niat, komitmen, dan tekad yang membantu keberjalanan RIB ini.
“Bisa meluas, bisa membawa dampak positif yang lebih luas selain Solo, karena saat ini RIB masih berkutat di sekitar Solo Raya sehingga harapannya RIB bisa lebih luas lagi cakupannya,” ungkap Ridwan.
Nastiti_
Femita_