Pembangunan Javanologi sebagai suatu proyek yang mana tujuan awalnya sebagai gedung pusat pengkajian budaya Jawa masih tertatih dan belum mencapai tujuan itu. Pilar pilar yang berdiri kokoh dan pendapa yang setiap kali dibersihkan itu bisa dikatankan  sebatas pajangan. Ya, katakanlah tujuannya bukan sebagai pusat pengkajian budaya Jawa namun sebagai pajangan. Mereka yang dibalik pembangunan Javanologi tersebut berujar hal ini dikarenakan oleh kontraktor yang nakal dan belum ada kontraktor lain yang berani mengambil proyek tersebut. Lantas jika semuanya dibiarkan seperti itu tanpa adanya kejelasan, lalu bagaimana kelanjutnya? padahal masyarakat kampus sudah menantikan gedung Javanologi yang utuh bukan hanya sebatas pilar-pilar yang nampak sekarang.

Pendapa menjadi bagian dari pembangunan Javanologi itu, setiap hari selalu dibersihkan, namun jarang yang menyambangi Pendapa mewah itu sesuai dengan fungsinya, ironis. Mahasiswa yang tergabung dalam kelompok pengembangan dan pelestarian kesenian  budaya Jawa saja mengurungkan niatnya untuk dapat menggunakan pendapa tersebut. Alasan mereka cukup masuk akal, yakni karena pembangunan Javanologi belum selesai, sehingga para pelaku seni jarang yang tertarik untuk berpentas disana. Mereka lebih memilih tempat diluar kampus yang biasa sebagai tempat pementasan kesenian.

Mangkraknya pembangunan Javanologi kian hari kian menjadi tanda tanya besar. Banyak yang bertanya dan memperbincangkan keadaan tersebut, sudah sepatutnya sebuah perencanaan yang katanya matang dapat terealisasikan. Jika sebatas  pilar-pilar yang berdiri kokoh dan pendapa yang baru dapat teralisasikan. Lantas bagaimana perencanaan selama bertahun-tahun lamanya itu? Siapa yang bertanggung jawab atas proyek yang terbengkelai tersebut?

 

Kamu Bisa Baca Artikel Lainnya

Kamu Bisa Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment