Tersendat-sendat mencoba keluar dari ruang bhama nan gulita

Kabur dari hukum hina dilumuti luka yang kian subur disiram air mata

Namun dera mendekap kelam dengan janadarna

Banjir aduhai bentala tenggelam dalam lecehan sedu sedan

Dan lenganku pukah tak jua tiba pertolongan sesiapa

Atma merekah pedih tak terima nuraga dari mana

Mengapa semua enggan dengar naskah tangis yang meluka?

Lepas! Semua bermula sejak merinding jari-jemari yang melucuti

Lantas ujung nan dingin bergerak dari hulu ke hilir merayapi seluruhnya

Tercekat aku berteriak enggan tapi semakin liar dingin itu menjamah

Sudahnya seluruh daksaku adalah hina dan aku menanggung luka

Berisik! Nada fals racauanmu menyayat kupingku hingga putus

Aku mau tuli dan biarkan aku tuli karena aku enggan mendengar

Olok sorak rendahan kaum apatis itu bikin pening bukan kepalang

Dan juga aku ingin membuta dari tatapan manusia yang menggerunkan

Tolong! Izinkan aku meminjam rungu untuk berceloteh kesakitan

Berikan aku pelukmu untuk menemani pelik yang menggempar

Namun tidak ada… maka tenggelamlah aku bersama swastamita

Lantas kalian berpura-pura nelangsa

Mempersembahkan netra nestapa

Padahal tiada sama sekali aksi proteksi bahkan simpati

Tamara Diva_

Kamu Bisa Baca Artikel Lainnya

Kamu Bisa Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment