Pemisahan seminar proposal dari mata kuliah skripsi dirasa lebih efektif bagi mahasiswa. Meskipun kenyataannya menjadi lebih berat karena banyaknya tuntutan, tetapi hal ini membuat mahasiswa lebih termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi. Selain itu, kesempatan layanan konsultasi dari dosen juga cenderung lebih banyak daripada sebelum pemisahan.
Pada tahun ini, terdapat beberapa perubahan dalam bidang akademik, terutama bagi mahasiswa yang sedang menempuh semester tujuh. Kabarnya, terdapat mata kuliah baru yaitu seminar proposal, yang mana pada awalnya seminar proposal ini dijadikan satu dengan mata kuliah skripsi. Pemisahan ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas layanan pendidikan kepada para mahasiswa. Namun, nampaknya pemisahan ini hanya terlaksana di program studi tertentu saja, salah satunya yaitu Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Dengan adanya mata kuliah seminar proposal diharapkan mahasiswa menjadi lebih termotivasi untuk segera menyelesaikan proposal yang mereka susun.
“Sebenarnya mata kuliah ini jadi salah satu pecutan untuk mahasiswa semester 7, buat cepet-cepet ngajuin judul, cepet-cepet nyusun bab 1-3, terus ngejar-ngejar dosen buat konsul, itu sih yang challenging. Pressure ketika ada matkul sempro itu beda sama prodi lain yang gak ada, mereka cenderung menunda untuk ngerjain skripsi karena gak ada tuntutan seperti kita (mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia),” tutur Ella, mahasiswa semester tujuh Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. “Kalau suruh milih tetep suka dipisah kok, biar bebannya dibagi dan tidak terlalu memberatkan mahasiswa,” tambahnya.
Pemisahan mata kuliah seminar proposal ini dinilai lebih efektif bagi mahasiswa, terutama mahasiswa yang ingin menempuh mata kuliah skripsi. Dr. Sugit Zulianto, dosen mata kuliah seminar proposal Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, mengungkapkan bahwa hal ini dinilai efektif dilihat dari segi waktu atau kesempatan layanan yang cenderung lebih banyak daripada saat seminar proposal dijadikan satu dengan mata kuliah skripsi. Disamping itu, konsultasi dengan dosen juga menjadi lebih leluasa.
Salah satu dosen pembimbing skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Dr. Arif Setyawan, juga memaparkan bahwa hal ini dinilai efektif bagi mahasiswa. “Kalau dikatakan efektif, efektif. Dalam konteks untuk menguji seberapa kuat proposal itu untuk lanjut bisa dilakukan penelitian hingga nanti dibuat laporan. Jadi syarat mengambil skripsi itu ya proposal itu. Kalau proposalnya tidak lulus, ya tidak bisa mengambil skripsi.” tuturnya.
“Maksud dari seminar proposal ini nanti diseminarkan ke internal mahasiswa. Harapannya mahasiswa yang lain bisa memberi masukan. Kalau nggak setuju ya dikritik. Nah, disitu mahasiswa diuji dengan bener-bener. Biar dia lebih mantap untuk melakukan penelitian.” tambahnya.
Dalam keberjalanan mata kuliah seminar proposal di tengah pandemi seperti ini tentu saja menemui beberapa kendala, antara lain jaringan internet yang cenderung fluktuatif sehingga peluang efektivitas interaksi terganggu dan kontrol langsung yang tidak dapat dilakukan. Dr. Sugit Zulianto menyatakan bahwa kendala ini sering terjadi, yang menyebabkan konsentrasi terbatas dan mahasiswa tidak segera merespon sapaan atau pertanyaan yang disampaikan oleh dosen. Lebih lanjut, beliu menyarankan perlunya pendampingan dari pihak keluarga untuk mengonfirmasi keseriusan mahasiswa berkuliah. Selain itu, dari aspek sosial, mahasiswa cenderung mengurus diri pribadi hingga kurang sempat berbagi, padahal peluang kerjasama terbuka. Maka dari itu, dengan protokol kesehatan yang cermat, kuliah luring perlu digagas
Menurut Ella, seminar proposal pada tahun ini bisa dikata lebih berat dari tahun sebelumnya, karena adanya banyak tuntutan dalam target penyelesaian tiap bab. Disamping itu, masih ada mahasiswa yang tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti mata kuliah ini. Bahkan ada yang hanya sekedar “ingin cepat lulus”.
“Mereka itu cuma sekadar pengen melepas kewajiban gitu aja, pengen segera sempro karena kan diwajibkan to di matkul itu. Jadi, ya pengen cepet selesai udah. Ya asal-asalan juga sih, tapi nggak selalu asal-asalan karena disitu juga mereka mencurahkan seluruh pemikiran.” ujar Ella.
Ulya_
Wahyu_
Sumber gambar: google