Pada awal September 2022, pemerintah Indonesia resmi mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Keputusan pemerintah ini menuai kontra di kalangan masyarakat.
Beberapa jenis bahan bakar resmi mengalami kenaikan harga. Diantaranya harga BBM subsidi pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, sedangkan solar dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter, dan harga pertamax yang semula Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ini menuai kontra di kalangan masyarakat. Mayoritas masyarakat merasa keberatan dengan ditetapkannya kebijakan ini. Rizal Musyadad salah satu mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang juga merupakan bagian dari Kementerian Jaringan, Aksi dan Propaganda BEM FKIP UNS mengatakan bahwa naiknya harga BBM ini kurang tepat dikarenakan keadaan Indonesia yang masih mencoba memulihkan bidang perekonomian pasca pandemi.
Selain itu Rizal mengemukakan fenomena ini disebabkan karena dampak perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga minyak mentah naik secara drastis, ‘’Dengan adanya harga minyak mentah naik, maka menjadikan harga BBM di beberapa negara juga ikut naik termasuk di Indonesia,’’ ucapnya saat diwawancara melalui WhatsApp (4/10).
Menurut Rizal, dampak utama yang dirasakan masyarakat sebagai akibat dari kebijakan kenaikan harga BBM ini adalah kenaikan harga bahan pokok dan adanya inflasi yang akan terjadi. Mahasiswa pun juga terkena dampak akan adanya kebijakan ini, yaitu pengeluaran kebutuhan juga akan bertambah yang akan menguras dompet mahasiswa. Bahkan sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai buruh, ojek online, supir angkutan umur, dan pekerja lainnya juga akan terkena imbasnya.
Rizal mengatakan bahwa kenaikan harga BBM harus terus dikawal agar harga-harga bahan pokok menjadi masih bisa dijangkau. Pemerintah perlu melakukan kajian ulang mengenai keputusan ini dan utamanya pemerintah perlu juga untuk memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat. Apabila banyak masyarakat yang merasa keberatan terkait hal ini, alangkah baiknya bila pemerintah mempertimbangkan untuk mencabut kebijakan ini dan mengembalikan harganya seperti semula maupun bertahap.
Rizal berharap pemerintah bisa menetapkan kebijakan untuk kepentingan masyarakat sehingga tidak ada yang menderita. ‘’Harapannya harga BBM bisa turun kembali secara bertahap seperti turunnya harga BBM non subsidi dan semoga masyarakat bisa terus mengawal kebijakan ini agar pemerintah tidak melebihi batasannya dalam membuat kebijakan.’’
Hal serupa juga disampaikan oleh Roni Setiawan, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menurutnya kenaikan harga BBM ini memberatkan mahasiswa dan masyarakat lainnya karena pengeluarannya sebagai mahasiswa pun juga turut bertambah. ‘’Dalam segi keuangan, harus mengatur kembali tatanan uang bulanan yang dikirim orangtua. Dalam hal ini yaitu mengatur pengeluaran uang bensin dalam satu bulan,” tutur Roni.
Menurut Roni, mahasiswa sekarang perlu menghemat pengeluaran dengan tidak mengeluarkan uang untuk kegiatan yang tidak begitu penting. Roni juga berharap agar harga BBM cukup sampai disini dan sebisa mungkin tidak ada lagi kenaikan harga untuk kedepannya.
Guntur_
Natan_