Tangerang Selatan, 29 Maret 2021
Siapa sih yang ngga tau kue kukis? Kukis atau kue kering yang berbentuk seperti lempengan yang agak besar ini kembali menjadi trending di kalangan kaum milenial. Kue yang biasanya dijual dalam jumlah sedikit atau satuan ini menjadi salah satu snack favorit karena rasanya yang beragam dan tidak membosankan. Hal lain yang membuat kue ini kembali memenuhi pasarnya setelah cukup lama redup adalah karena para owner atau pembuat kue ini kebanyakan juga berasal dari kaum milenial alias remaja.
“Saya yang masak sih sehari-hari kalau ada pesanan, dibantu sama adik juga. Ayah suka bantu bikin logo juga desain-desain postingan, nama Frothe juga waktu itu ayah yang buat,” ungkap Arkaan, 18 tahun, sambil membenarkan kacamatanya.
Arkaan bercerita dengan antusias tentang bagaimana dia membangun bisnis kukis ini. Motivasi terbesarnya adalah karena dia suka sekali makan, memasak, dan mencoba-coba resep baru yang unik. Rupa-rupanya, hal itu juga didukung oleh kondisi Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta, tempat dia menimba ilmu, yang tidak mempunyai kantin sekolah.
Maka tercetuslah ide cemerlang dari seorang anak jurusan IPA untuk membuka bisnisnya sendiri dengan memanfaatkan keadaan yang ada. Awalnya juga tidak langsung berjualan kukis, katanya. Ia menguji ombak pasarnya dengan menawarkan brownis dan makanan lainnya pada teman sekelas. Dengan kegigihannya, dia sama sekali merasa tidak perlu malu untuk membawa-bawa barang dagangannya ke sekolah. Rasa yang enak juga harga yang terjangkau oleh dompet-dompet tipis ala pelajar sukses membuat apa yang dia jual ini laku keras. Kabar-kabar burung pun cepat sekali terdengar hingga ke kelas tetangga. Pelanggan Arkaan mulai banyak dan promosi 100% berhasil.
“Mereka tuh apa ya, kelaperan hahahaha” dia sangat senang karena apa yang dia harapkan pun terkabul, banyak teman yang menjadi pelanggan tetap dan bisnisnya untung besar. Hingga pada akhirnya, ada beberapa teman yang mengusulkan idenya kepada Arkaan untuk mulai mencoba membuat kukis yang sedang booming akhir-akhir ini.
“Lu coba buat kukis deh, kalau enak gua jamin laku” ucap teman-temannya.
Arkaan menengadah, mengingat-ngingat lagi lagi prosesnya, “Kalau ga salah, pertama kali kirim orderan, open order pertama atas nama Frothe itu sekitar Juli akhir. Sudah pakai logonya juga, kirim ke teman-teman. Mereka suka alhamdulillah dan responnya sangat bagus” ujarnya. Maka mulailah nama Frothe dikenal oleh masyarakat terutama teman-teman sekolahnya. Untuk menunya sendiri, Frothe menawarkan 4 varian rasa kukis yang begitu kekinian dan lezat. Keempat rasa tersebut adalah original, redvelvet, matcha, dan choco. Tidak hanya menjual kukis, Frothe juga baru saja menyusulkan menu kopinya sebagai minuman pendamping. Karena pada awalnya nama Frothe diambil dari kata ‘froth’ yang berarti buih (biasanya ada pada minuman). Dia mengakui bahwa ia ingin sekali menambahkan varian atau produk lainnya seperi cheesecake atau kue sus, namun belum dapat dipastikan lebih lanjut.
“Hmm ya kalau untuk sekarang sistemnya mirip pre-order gitu jadi kita buat kalau ada yang beli, ada yang pesan. Karena kitanya juga belum siap gitu kalau terlalu banyak pesanannya. Untuk promosi sejauh ini kita udah pakai media instagram, terus juga mulai buka di shopee, tokopedia, buka lapak juga ada. Ayo makanya dicek ya!” jawabnya saat bercerita mengenai sistem pembelian dan platform apa saja yang bisa dipakai untuk memesan produknya.
Sebagai mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri yang favorit alias Institut Teknologi Bandung, Arkaan mengakui kesulitannya dalam membagi waktu. Tugas yang datang silih berganti di masa adaptasi kuliahnya, membuat dirinya tidak terlalu sering membuka pesanan lagi. Selain itu dia juga kadang merasa kebingungan untuk membuat konten atau postingan seputar produknya. Dia merasa bahwa dia memang belum terlalu pandai di bidang desain dan belum mengeksplorasi itu lebih jauh.
“Tetapi akhir-akhir ini, 3 minggu terakhir ini nih ada beberapa orderan masuk lagi jadi saya ya bikin lagi gitu. Sekarang ayah juga sudah bisa bikin sendiri kukisnya jadi ya semoga aja kedepannya bisa lebih lancar dan bisa bikin lebih banyak.”
Dia sempat merasa tidak enak saat dimintai kalimat penyemangat atau pesan untuk disampaikan kepada orang banyak. Namun akhirnya dia mau menitipkan pesan yang menurutnya sangat penting sebagai langkah awal untuk mengawali segala sesuatu. Arkaan berpesan kepada siapapun itu untuk tidak takut memulai sesuatu yang bahkan belum dimulai. Sebesar apapun keraguannya, risikonya, ambil, dan coba jalanin aja dulu. Kemudian setelah itu bekerjalah di bidang yang disenangi agar semuanya bisa terasa dan berjalan nyaman.
“Coba ajalah dulu, apalagi kalau lagi nganggur tuh banyak banget kesempatannya. Bikin apa aja bebas, yang kita suka aja. Yang mau kita geluti dan dalami gitu jadi kalau kita terjun kesitu kita paham pasarnya seperti apa, pasarnya bagaimana. Terus juga jangan jualan ke temen doang gitu karena capek, jualan yang jauh gitu kemana. Karena modal kita juga tidak terlalu besar yang penting tuh kalau orang beli barang kita, dia mau beli lagi gitu. Karena di situ dia bakal merekomendasikan ke orang lain dan lama kelamaan juga pasti besar kok. Intinya coba aja dulu.” Pesan Muhammad Fadhlurrahman Arkaan, owner Frothe, kepada pembaca sekalian.
Aulia_
Sumber foto: google