Adanya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Mahasiswa (DEMA) menandakan adanya perilaku demokrasi di ranah kampus. Demokrasi menandakan kesehatan pola politik dan penentuan kebijakan publik kampus itu sendiri. Maka akan ada aktor politik yang memiliki kapasitas masing-masing sebagai roda penggerak politik demokrasi. Maka ada Badan Eksekutif Mahasiswa  sebagai pelaksana dan Dewan Mahasiswa  sebagai perwaklilan mahasiswa untuk perencana dan pengawas. Namun disamping itu, kedua lembaga tersebut setara dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Menanggapi pemberitaan mengenai ketidakhadiran BEM dalam acara bersama yang diselenggarakan forum UKM, akan tampak bahwa BEM tidak mengakui dirinya sendiri sebagai bagian dari UKM. Acara yang dikoordinasi oleh DEMA tersebut pun menandakan bahwa itu adalah hajat bersama dari Mahasiswa pada umumnya karena DEMA mewakili Mahasiswa. Jika BEM tidak merasa berkeperluan dan tidak ikut menyemarakkan acara tersebut, hal tersebut menjadi aneh. Maka dimana posisi BEM merupakan hal yang menarik untuk dikulik.

Budaya BEM sebagai eksekutif mahasiswa sering disalah artikan menjadi BEM berada satu tingkat diatas Mahasiswa, mungkin karena mereka memiliki embel-embel ‘Eksekutif’ jadi mereka tidak berkenan menyemarakan acara mahasiswa umum, mungkin lho ini. Kata Eksekutif bukanlah plesetan dari kata Eksklusif, namun beranjak dari kata execute (melaksanakan) jadi BEM adalah pelaksana. Pelaksana apa? Pelaksana hajat mahasiswa tentunya.

Evaluasi sikap dan tindakan BEM

Sikap BEM selalu menjadi buah bibir mahasiswa. BEM merupakan ikon yang ketika sikap dan tindakan mereka menjadi cerminan sikap dan tindakan mahasiswa yang mereka ayomi. BEM seharusnya pandai-pandai menjadi ikon aktivisme mahasiswa. Jangan sampai ada kutukan eksklusifitas yang menempel pada BEM. Misal ketika BEM mengadakan acara seminar, maka ada indikasi bahwa acara seminar itu adalah kebutuhan mahasiswa, makanya mereka mengadakan seminar. Nah, sampai sekarang, apa iya acara yang diselenggarakan BEM mencitrakan kebutuhan mahasiswa? kalo belum, itu artinya ada kutukan eksklusifitas BEM yang memaksa mahasiswa pada umumnya. Hal itulah yang menjadi tolak ukur upaya BEM melaksanakan hajat mahasiswa atau melaksanakan hajatnya sendiri.

BEM setidaknya membuat forum mahasiswa untuk mendengarkan apa kebutuhan mahasiswa. Jika disangkut pautkan pada acara bersama UKM kemarin, Maka BEM seharusnya mau menyemarakkan acara tersebut. Bukan hanya segitu saja, sikap dan tindakan BEM selanjutnya harusnya mewakili kebutuhan mahasiswa.

Jangan berkilah kepada DEMA, Dewan itu untuk mewakili mahasiswa mengawasi BEM. Namun BEM yang mencitrakan mahasiswa ke pihak luar dengan sikap dan tindakannya. Adanya kritik-kritik yang mengalamatkan ke BEM bukan berarti membenci UKM itu, kok. Itu ekspresi  sayang macam teman yang menampar temannya yang terlampau keterlaluan.

Bukhori

Pewarta Persma Motivasi

Kamu Bisa Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment