lpmmotivasi.com- Rabu malam (21/03), UNS melakukan pementasan kebudayaan Jawa yakni ketoprak berjudul “Wahyu Angedhaton” yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis UNS ke-42, bertempat di Gedung Auditorium UNS. Pementasan ketoprak diikuti oleh Ravik Karsidi, selaku rektor UNS, jajaran guru besar UNS, dan para petinggi UNS lainnya. Acara diawali dengan sambutan dari berbagai pihak, salah satu sambutan berasal dari Wali Kota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo.
Pementasan ketoprak dimulai dengan adanya monolog oleh petugas pembaca naskah. Pemeran mulai bermunculan di atas panggung, bertindak sesuai skenario yang ditulis oleh Bambang Sugiarto selaku sutradara. Puncak acara ketika adegan “Boyong Kedhaton” yang artinya Keraton Kertasura resmi dipindah ke Desa Solo pada 17 Februari 1945 yang berdasarkan naskah cerita.
Pementasan ketoprak ini diharapkan bisa menjadi sarana untuk mempertahankan budaya. Bambang Sugiarto, sutradara pementasan ini berharap perguruan tinggi tidak hanya berkutat pada ilmu teknologi, tapi juga ikut berbuat sesuatu untuk kesenian, untuk budaya Jawa. Karena menurutnya, budaya itu penting karena merupakan identitas dari bangsa.
“Salah satu upaya untuk mempertahankan budaya kita lewat kesenian ketoprak ini akan menjadikan generasi muda lebih kokoh sebagai benteng dari budaya-budaya yang tidak tumbuh dari negara kita sendiri,” ujarnya.
Persiapan pementasan ketoprak ini dibutuhkan waktu dua setengah bulan. Kendala yang dialami saat latihan yaitu sulitnya melobi waktu rektor dan jajarannya beserta guru besar, yang hanya berlatih sebanyak 3 kali sepanjang persiapan. Sedangkan mahasiswa telah disiapkan dari awal, latihan sebanyak seminggu tiga kali kemudian menjelang pementasan, latihan diadakan setiap hari.
Prosentase keberhasilan pementasan menurut sutradara sangat berhasil karena mereka bukan pemain profesional, tetapi upaya untuk mereka tampil sudah baik. Ia berharap mahasiswa selain aktif kuliah juga turut serta dengan kita berolah seni atau kegiatan apa saja yang sifatnya bisa menyinkronkan antara otak kanan dan otak kiri.
Ia juga berpesan untuk para dosen dan pejabat rektorat, bahwa manusia itu selain memiliki kesibukan yang rutin juga perlu adanya sebuah ruang untuk mengekspresikan diri. Melalui pentas yang diperankan oleh para petinggi UNS maka akan memberikan motivasi, semangat baru bagi anak-anak mahasiswa.
Putri Sakti, mahasiswa program studi Sastra Daerah 2016 yang ikut dalam pementasan ketoprak ini dan berperan sebagai Kawula Kertasura, mengharapkan mahasiswa tetap ikut melestarikan budaya yang ada supaya mahasiswa ikut berpartisipasi seperti menari, mengikuti ketoprak, mengerti karawitan dan sebagainya.
“Semoga tahun depan bisa diadakan lagi.” ucap Yunus Khoirul program studi Satra Daerah 2016 selaku Kawula Desa Solo.
Fitriyah Rohmah