sucikanlah tubuh ini dari kesia-siaan yang selalu hadir

seperti hikayat bintang yang kaupandang sebagai awal pertemuan

Lirih suaramu mengajakku pergi dari masa lalu

Sebab bayangmu terasa lebih dekat dari bayanganku sendiri

dan bayangku kembali tersesat di sebuah ruang asing,

di mana rindu seperti labirin sunyi ketika malam jatuh di pundak bumi

dan langkahku semakin jauh mengejar panggilan kemerdekaan

yang dikibarkan di puncak kebekuan.

 

panggil aku kekasih di hari yang bahagia ini

Kuingat tajam matamu di sebuah meja makan

dan dingin tanganmu yang kugenggam

layaknya waktu menyusun keagungan doa-doa suci.

 

kita naik ke surga; membawa peta dan sejuta lilin,

memakai kain sutra menyala, bermahkota kemenangan

meninggalkan dunia yang telanjang, gersang,

asing, sesak oleh pengembara cinta yang malang.

 

api tintaku berkibaran

memandang topeng hitam yang menyimpan wajah keagungan

Menghujani kegelapan; menerangi huruf-huruf, angka-angka

di mata anak-anak yang ingin mencari mata angin,

deburan ombak dan lintasan galaksi.

 

hanya air dan debu yang bisa memadamkan diriku!

Sampai api tintaku mencair, mengalir ke lubang tikus,

di sarang musang dan gubuk penyamun.

 

Madura, 2015

Jufri Zaituna, sahabat pers dari madura

Kamu Bisa Baca Artikel Lainnya

Kamu Bisa Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment