lpmmotivasi.com- Dewan Perwakilan rakyat menuju akhir periode jabatannya memutuskan beberapa Rancangan undang-undang. Namun, masyarakat menganggap RUU yang akan di sahkan itu cukup ngawur. Seperti halnya kota-kota besar lain, mahasiswa, Rakyat miskin kota Solo yang menamakan dirinya sebagai Kamrat dan Bengawan Melawan juga melakukan aksi turun ke jalan. Solo seketika dipadati oleh ribuan massa aksi yang meminta agar beberapa rancangan undang-undang tidak disahkan. Massa aksi yang bertitik kumpul di depan stadion manahan 08.00 WIB dan dilanjutkan longmarch menuju DPRD kota Solo. (24/9)
Massa aksi tersebut berasal dari berbagai instansi, antara lain Mahasiswa Universitas Sebelas Maret, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Slamet Riyadi, Universitas Setia Budi. Bahkan, terdapat dosen yang ikut turun tangan serta memberikan orasi di depan gedung DPRD, demi tegakkan demokrasi. Tanpa henti massa tersebut terus melontarkan kalimat penyemangat “Hidup rakyat Indonesia!, hidup mahasiswa!” yang seolah mewakili seluruh keresahan yang dialami bangsanya saat ini. Mereka resah mengenai rancangan undang-undang yang telah dikeluarkan DPR yang dianggap bermasalah. Tidak sedikit mahasiwa yang turun ke jalan karena hati nurani. “Dari hati nurani sih. DPR nya tu gimana ya tidak sesuai sama ekspektasi sama janji-janjinya” ujar Bagus, mahasiswa Universitas Sebelas Maret.
Sebelum terselenggaranya aksi ini, telah terlaksana konsolidasi untuk pematangan aksi bengawan melawan pada Rabu, 23 September 2019 oleh pihak mahasiswa se-solo Raya. “Kemarin kita koordinasi dengan mahasiswa solo raya dan kita menyiapkan aktivis-aktivis dari kampus masing-masing”, ujar Sodiq Kurniawan selaku anggota BEM Unisri.
Juli yang merupakan mahasiswi Universitas Setia Budi menjelaskan bahwa tujuannya berpartisipasi adalah untuk mencari keadilan. “Mencari keadilan. Saya pertama ingin diam, tapi diam saya tidak berguna. Saya turun ke jalan tujuan saya ingin berpartisipasi. Saya tidak mau saya hanya diam sendiri ikut serta jadi budak pemerintah, cukup sudah menjadi budak kampus jangan jadi budak pemerintahan”. Ia juga menambahkan bahwa ia berasal dari Kalimantan, dimana keluarganya merasakan banyak asap hasil pembakaran hutan yang tak kunjung di selesaikan oleh pemerintah,hal tersebut membuat ia semakin geram dengan pemerintah.
Aksi tersebut juga diikuti oleh aliansi mahasiswa KAMRAT (Komisi Aksi Mahasiswa untuk Perjuangan Tani) yang pada saat itu juga ingin menyuarakan aspirasinya karena bertepatan dengan hari tani. Adapun tuntutan dari KAMRAT terkait RUU Pertanahan yang dianggap kontra-produktif , yang secara garis besar menolak RUU pertanahan yang tidak berpihak kepada rakyat.
Moza Khairi selaku humas aksi bengawan melawan menjelaskan bahwa aksi tersebut bertujuan untuk menolak rancangan undang-undang baru. “ Yang disuarakan itu RUU tentang banyak hal, termasuk RUU tentang pertanahan, KPK, PKS atau Kekerasan seksual, RKUHP, Jadi ada beberapa RUU yang menurut kajian temen temen itu mengandung pasal-pasal yang kontroversial. Kaitannya dengan isu-isu konflik-konflik diberbagai wilayah itu justru itu akan membenarkan, bahkan akan memperburuk kondisinya. Jadi temen-temen akhirnya turun untuk menolak rancangan baru”.
Selain itu, Ia juga menjelaskan bahwa setelah aksi bengawan melawan akan melakukan follow-up dengan berbagai elemen-elemen yang tergabung mengenai langkah kedepannya karena rancangan undang-undang hanya ditunda penesahannya bukan dibatalkan. “Kalau misalnya tidak ada perbaikan substansi maka itu kan sama saja. Maka kemungkinan besar kita akan turun lagi” , terang Moza Khairi.
Kamila Ridha Andini
Rima Deswanti